dimana tertawa tidak dilarang

WELCOME GAN!!

SELAMAT DATANG DI BLOG ORANG GANTENG DIMANA SESUATU YANG TIDAK MUNGKIN MENJADI MUNGKIN

halaman

Minggu, 16 Oktober 2011

[48 tahun Jualan Es] Durian Dibilang Mahal, Kelar Diminum Es Tak Dibayar

Mojokerto (beritajatim.com) - Bisa dipastikan tak banyak yang tahu dimana lokasi Muhammad Arif Triono (66) menjual es duriannya. Karena lokasi rumahnya yang tidak stategis, membuat es durian dagangannya hanya diminati bagi pelanggannya saja.

Di halaman rumah miliknya di kawasan Purwotengah Gang V, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Trimo (panggilan akrab, red) berjualan es duriannya. Hanya para pelangganya yang sering datang ke warung miliknya, tak jarang mereka datang dari berbagai kota di Indonesia.

Pasalnya, Trimo sudah berjualan es durian sejak tahun 1963 lalu. Saat itu, bapak empat anak ini berjualan di Jalan Taman Siswa. Awalnya, ia tak langsung menemukan ide untuk membuat es durian namun saat itu ia menjual es degan. Tiga tahun berjalan, saat ia membeli durian tiba-tiba tetangganya minta dibuatkan es durian.

"Saya ragu saat dia minta dibuatkan tapi akhirnya saya buatkan juga. Saat itu saya bilang, kalau enak jangan dibayar dan untungnya dia bilang enak. Akhirnya, saat membuat lagi dan membagi-bagikan ke para tetangga, hasilnya mereka bilang enak. Dari sini saya memberanikan diri menjual es durian," ungkapnya, Sabtu (15/10/2011).

Setelah mendapat ide untuk membuat es durian, banyak pelanggan yang kebanyakan anak sekolah yang suka. Es durian miliknya pun banyak diburu pembeli, bahkan ia bisa menghabiskan durian dua mobil colt setiap harinya. Karena berjualan di kawasan sekolah dan banyak para siswanya bukan penduduk pribumi membuat para pelangganya ini pindah ke kota lain setelah selesai sekolah.

"Banyak dari mereka pindah ke luar kota setelah lulus, tak hanya itu saya harus pindah-pindah tempat berjualan karena tidak boleh berjualan di trotoar jalan hingga akhirnya saya jualan di rumah. Karena rumah saya tidak stategis, hanya para pelanggan yang tahu keberadaannya," ujarnya.

Trimo mengatakan, jika para pelangganya itu kebanyakan adalah para siswa yang saat itu bersekolah di tempat dia berjualan. Saat kembali ke Mojokerto, mereka selalu mencari es durian miliknya. Ia mengaku, pelanggannya dari berbagai kota di Jawa Timur bahkan luar pulau seperti dari Palembang.

"Kalau mereka datang ke Mojokerto, selalu mampir kesini. Mereka mengatakan, jika es durian saya berbeda dengan yang lain karena sirup yang saya buat. Memang sirup ini ramuan warisan dari orang tua saya dan ada waktu untuk membuatnya tidak sembarangan," katanya.

Untuk satu kilogram gula pasir, ia hanya menggunakan satu gelas air. Ini agar sirup buatannya tidak encer. Alhasil, memang sirup berwarna merah buatannya pun lengket tak cair. Bahkan, ada trik untuk minum es duriannya agar bisa menikmatinya. Sirup yang lengket itu harus dijilat dengan durian yang ada didalamnya.

Trimo bercerita, jika sekitar tahun 80-an ada pelanggan yang datang dengan berseragam doreng. Setelah menikmati semangkok es durian bikinannya, si pelanggan langsung menanyakan harga es tersebut. Namun kaget dengan harga yang diberikan, pelanggan itu justru marah dan berucap tak mau membayar.

"Bahkan, saat itu dia mau memukul saya karena mahalnya harga es saya. Saya lupa tahun berapa, sekitar tahun 80-an tapi saya ingat saat itu harganya masih Rp 10 ribu. Saat ini, harga es durian saya Rp 20 ribu, isinya durian, degan dan hanya pelanggan dan yang membawa pelanggan baru yang datang ke tempat saya," tuturnya. [tin/kun]
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar